Di tengah pergaulan sehari-hari banyak orang enggan berwirausaha karena merasa "tidak punya modal", dalam arti tidak punya uang yang banyak untuk membuka usaha. Di kepala banyak orang, modal berwirausaha adalah uang yang banyak. Dengan kata lain, kebanyakan orang beranggapan bahwa selalu dibutuhkan uang yang banyak untuk menghasilkan uang.
Mereka hanya melihat para pengusaha berkembang hanya bermodal uang, sehingga sering kali muncul ungkapan, "Pantas saja dia sukses, karena banyak modal!", atau "Habis bagaimana lagi? Aku kalah modal!"
Banyak anak yang mengeluh karena merasa tidak dimodali, dalam arti tidak diberi uang banyak untuk membuka usaha, oleh orang tuanya. Banyak orang berfikir, kalau saja dia diberi modal berupa uang yang banyak, dia akan dengan mudah membuka usaha.
Pandangan seperti ini tidak tepat, bahkan boleh dibilang keliru besar, apalagi bagi mereka yang belum pernah mempunyai pengalaman membangun usaha. Para motivator bahkan menyebut alasan "tidak punya modal" adalah pandangan picik yang hanya muncul dari mulut pemalas yang bodoh.
Maaf, ini memang ungkapan yang kasar, tetapi memang demikian adanya dan harus dikatakan untuk mengingatkan. Mengapa demikian?
Dengan belajar dari melihat kesuksesan orang lain, membaca artikel, kursus wirausaha, atau bahkan hanya dengan berangan-angan, banyak anak muda mengira dapat menjadi pengusaha sukses dalam waktu singkat, padahal faktanya tidak. Semua orang yang pernah berfikir demikian selalu harus menelan pahitnya kegagalan, sebab wirausaha adalah hal nyata, dan mewujudkan sebuah bisnis yang benar-benar berhasil tak pernah semudah mengangan-angankannya.
Kebanyakan usaha yang diawali dengan modal berupa uang dalam jumlah besar selalu berakhir dengan kegagalan. Hal ini bisa terjadi karena pengusaha dadakan yang hanya bermodal uang berhadapan dengan resiko fatal berupa:
1. Tertipu
Mereka yang mengandalkan uang sering kali hanya berfikir keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan mudah dalam waktu yang tidak terlalu lama. Mereka buta terhadap berbagai resiko membelanjakan atau menyerahkan uang pada orang lain. Pengusaha dadakan sering kali berfikir terlalu dangkal hingga mudah terjebak oleh konsep usaha yang terkesan mudah dan masuk akal. Apalagi bila itu dilakukan karena ada orang lain yang berusaha meyakinkannya, misalnya hanya dengan berinvestasi beberapa juta, dia akan mendapat keuntungan berlipat-ganda dalam waktu singkat. Padahal faktanya, jangankan mendapat untung, membuat uang kembali saja sering kali mustahil.
2. Diakali Orang Lain
Pengusaha dadakan biasanya hanya tahu sedikit, bahkan boleh dibilang buta kondisi lapangan yang sesungguhnya. Mereka umumnya terlalu banyak ketidaktahuannya, tetapi merasah tahu. Akibatnya, saat-saat mengawali usaha mereka sering kali diakali oleh relasi-relasi bisnis, seperti terpaksa membeli barang lebih mahal dari seharusnya, mengeluarkan dana yang tidak perlu, hingga tertipu mentah-mentah.
3. Rugi atau Bahkan Kehilangan Uang
Menjalani bisnis bagi pengusaha baru sering kali dihadapkan pada hal-hal di luar perkiraan, atau tidak pernah terpikirkan sebelumnya baik akibat situasi yang memang tak diketahui sebelumnya atau karena tertipu. Selain menimbulkan kegamangan, hal-hal baru yang tak diketahui membuat ongkos memulai usaha terlalu besar dari yang diperhitungkan semula, sehingga gagal meraup untung, atau bahkan rugi sama sekali.
Misalnya, membuat suatu produk seperti yang diharapkan ternyata tak semudah yang dipikirkan sebelumnya, sehingga ongkos produksi terlalu besar, atau bahkan kesulitan mewujudkan produk yang diimpikan, atau tiba-tiab baru tahu kalau produk yang dibuat ternyata sudah memiliki pesaing yang jauh lebih kuat. Contoh lain lagi, ada calon pengusaha yang setelah menginvestasikan uangnya, ternyata ada perubahan kebijakan pemerintah, penurunan harga produk atau kenaikan harga bahan baku, sehingga bukan saja gagal untung, melainkan juga gagal mewujudkan bisnis.